Iklan Diskopukm Aceh
Iklan Diskopukm Aceh
Aceh  

Kecerdasan Buatan Ubah Wajah Jurnalistik: Efisiensi Tinggi, Etika Jadi Tantangan

WhatsApp Image 2025 11 04 at 16.38.17
Dr. (Cand.) Haresty Asysy Amrihani, S.Sos., M.Med.Kom, saat menyampaikan materi pada Forum Komunikasi Mitra Jurnalis 2025 yang digelar Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh di Sabang, Selasa (4/11/2025). (Foto: hariandaerah.com/H)

SABANG — Perkembangan teknologi Artificial Intelligence (AI) kini secara nyata mengubah lanskap dunia jurnalistik. Dari ruang redaksi hingga dapur produksi media, AI hadir bukan sekadar sebagai alat bantu, tetapi juga mitra kerja baru bagi para jurnalis di era digital.

Hal tersebut disampaikan oleh Dr. (Cand.) Haresty Asysy Amrihani, S.Sos., M.Med.Kom, salah satu pemateri pada Forum Komunikasi Mitra Jurnalis 2025 yang digelar Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh di Sabang, Selasa (4/11/2025).

Menurut Haresty, kecerdasan buatan mampu meningkatkan efisiensi kerja redaksi secara signifikan, mulai dari percepatan pengumpulan data, penyuntingan berita, hingga analisis tren pembaca. Berbagai perusahaan media, baik nasional maupun internasional, kini mulai mengadopsi teknologi tersebut untuk mendukung proses peliputan dan distribusi berita yang lebih cepat, akurat, dan relevan.

BACA JUGA:  Jelang 20 Tahun MoU Helsinki, Mus Seudong: Pemerintah Jangan Ingkari Janji, Bendera Aceh Harus Diakui"

“AI bisa membantu jurnalis menulis draft berita singkat, menganalisis data besar, hingga mengidentifikasi topik yang sedang hangat di media sosial. Ini membuat ruang redaksi bekerja lebih efisien,” ujar Haresty.

Ia menegaskan, penggunaan AI bukan untuk menggantikan peran manusia, melainkan memperkuat kemampuan jurnalis agar lebih fokus pada aspek analisis, riset mendalam, dan verifikasi fakta.

“AI tidak memiliki empati, tetapi jurnalis punya nurani. Jadi keduanya harus saling melengkapi, bukan bersaing,” tambahnya.

Sejumlah media nasional kini telah memanfaatkan berbagai inovasi berbasis AI seperti automated news writing (penulisan berita otomatis), speech-to-text untuk transkrip wawancara, hingga sistem rekomendasi berita berbasis machine learning yang menyesuaikan konten dengan minat pembaca.

BACA JUGA:  Mayday 2025, Buruh Abdya Pastikan Tidak Ada Aksi Unjuk Rasa: Fokus pada Konsolidasi Internal

Namun, di balik kemudahan tersebut, muncul kekhawatiran akan hilangnya sentuhan manusia dalam karya jurnalistik. Isu mengenai keaslian konten, akurasi informasi, dan potensi penyalahgunaan teknologi menjadi tantangan baru yang perlu diantisipasi.

Dewan Pers Indonesia juga menegaskan pentingnya penguatan regulasi dan literasi digital di kalangan jurnalis agar penggunaan AI tidak menggeser prinsip dasar jurnalistik: kejujuran, keberimbangan, dan independensi.

Seiring pesatnya perkembangan teknologi, AI diperkirakan akan semakin melekat dalam praktik jurnalistik masa depan. Meski begitu, masa depan dunia pers tetap bergantung pada kemampuan manusia menjaga nilai kemanusiaan dan integritas di tengah derasnya arus digitalisasi.

“AI bisa menulis berita, tapi tidak bisa memahami makna penderitaan, keadilan, dan empati. Di situlah jurnalis manusia tetap tak tergantikan,” pungkas Haresty.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *