BANDA ACEH – Hingga saat ini perbincangan tentang pemenuhanan imuniasis lengkap kepada anak masih saja terjadi, bahkan di daerah-daerah masih banyak orang tua yang enggan melengkapi imunisasi kepada anaknya.
Hal tersebut disampaikan, Kepala Dinas kesehatan Aceh, dr. Munawar, Sp. OG (K) melalui Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Masyarakat (Kemas) Dinas Kesehatan Aceh, dr. Sulasmi, MHSM saat dikonfirmasi hariandaerah.com diruang kerjanya, Senin (18/12/2023).
Lebih lanjut, Sulasmi mengatakan, masih banyak masyarakat yang beranggapan setelah pemberian imunisasi anak akan mengalami efek samping ringan, termasuk demam tinggi. Sedangkan demam setelah imunisasi umumnya merupakan respons normal tubuh terhadap vaksinasi, ini menandakan bahwa sistem kekebalan sedang bekerja untuk mengenali dan melawan patogen yang ada dalam vaksin.
“Penting untuk diingat bahwa manfaat imunisasi jauh lebih besar daripada risiko reaksi samping yang mungkin terjadi. Imunisasi melindungi anak dari penyakit serius dan dapat membantu mencegah komplikasi yang lebih berbahaya daripada demam ringan yang mungkin terjadi,” kata Sulasmi.
Pada kesempatan itu, Sulasmi menjelaskan, jika anak tidak mendapatkan imunisasi lengkap, hal tersebut dapat meningkatkan risiko terjadinya stunting. Imunisasi yang tidak lengkap atau tidak dilakukan sama sekali dapat membuat anak lebih rentan terhadap infeksi penyakit yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan mereka.
“Penyakit infeksi seperti campak, polio, difteri, pertusis, tetanus, dan hepatitis B dapat menyebabkan komplikasi serius dan mempengaruhi penyerapan nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan yang optimal,” jelasnya.
Tak hanya itu, Sulasmi menyampaikan, jika anak terinfeksi oleh penyakit-penyakit ini, mereka mungkin mengalami gangguan pertumbuhan, penurunan berat badan yang signifikan, gangguan perkembangan mental, dan masalah kesehatan lainnya. Ketika anak sakit akibat infeksi, tubuh mereka akan menggunakan energi tambahan untuk melawan infeksi tersebut.
“Ini dapat mengurangi sumber energi yang tersedia untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, dalam jangka waktu panjang kondisi seperti ini dapat menyebabkan stunting,” ungkap Sulasmi.
Kemudian kata Sulasmi, penting untuk memastikan anak menerima imunisasi lengkap sejak bayi lahir, dengan jadwal imunisasi yang direkomendasikan oleh World Health Organization (WHO) dan otoritas kesehatan seperti pemeberian Hepatitis B yang diberikan segera setelah lahir, idealnya dalam 24 jam pertama setelah kelahiran.
Kemudian imunisasi BCG diberikan pada usia 0-2 bulan, Imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus) diberikan pada usia 2, 4, dan enam bulan. Dosis lanjutan juga diberikan pada usia 15-18 bulan dan 4-6 tahun. Imunisasi Polio diberikan pada usia dua, empat, dan enam bulan. Dosis lanjutan juga diberikan pada usia 15-18 bulan dan 4-6 tahun.
Lanjutnya, lalu ada Imunisasi Hib (Haemophilus influenzae type b) diberikan pada usia 2, 4, dan 6 bulan. Dosis lanjutan juga diberikan pada usia 12-15 bulan, PCV (Pneumococcal Conjugate Vaccine) diberikan pada usia dua, empat, dan enam bulan. Dosis lanjutan juga diberikan pada usia 12-15 bulan, MMR (Measles, Mumps, Rubella) diberikan pada usia 12-15 bulan. Dosis lanjutan juga diberikan pada usia 4-6 tahun, Hepatitis A diberikan pada usia 12-23 bulan. Dosis lanjutan juga diberikan pada usia 2-6 tahun.
“Anak bisa juga diberikan imunisasi rotavirus, meningitis, influenza, dan lain sebagainya, tapi tetap sesuai dengan rekomendadi dokter dan harus sesuai dengan waktu yang ditentukan,” terangnya.
Sulasmi menuturkan, meski cakupan imunisasi dasar lengkap turun dari 84,2 persen pada 2020 menjadi 79,6 persen pada 2021, menjadikan anak-anak di seluruh Indonesia berisiko lebih besar tertular penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin seperti difteri, tetanus, campak, rubella, dan polio.
Sementara, menurut data yang dikeluarkan Kemenkes pasca pendemi Covid-19 angka previlensi cakupan imunisasi anak mulai meningkat sebanyak 94,9 persen dari sebelumnya 84 persen di tahun 2019. Namun masih ada lima persen atau 240.000 anak-anak di Indonesia yang belum mendapatkan perlindungan tambahan imunisasi lengkap. Artinya mereka masih berisiko tinggi terkena penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).
Sementara itu, Kepala Bidang Kesehatan keluarga dan Gizi Dinas Kesehatan Aceh, dr. Dara Juliana., M.Kes mengatakan, selain pemenuhan gizi anak saat masa kehamilan pemberian imunisasi lengkap bagi anak berperan penting dalam peperangan memeberantas stunting, tapi di Aceh masih ada sebagian daerah yang belum melengkapkan imunisasi pada anak-anaknya.
“Hal ini membuat anak berada dalam situasi kesehatan yang genting, makanya kami terus mengingatkan orang tua untuk segera melengkapi imunisasi pada anak-anaknya,” kata Dara, saat dijumapai awak media hariadaerah.com usai penutupan kegiatan pertemuan evaluasi program kesga dan gizi TK Provinsi ke-2 Dinkes Aceh yang berlangsung di Ayani Hotel, Sabtu (25/11/2023).
Menurut Dara pemberian imunisasi rutin lengkap pada anak mampu merangsang tubuh untuk membentuk antibodi spesifik yang siap melawan beragam jenis penyakit. Pemberian imunisasi pada bayi menjadi hal yang penting, sebab tubuh bayi memiliki tingkat imunitas yang rendah sehingga harus segera mendapatkan perlindungan dari infeksi penyakit menular.
“Saat imunisasi, anak akan diberikan vaksin untuk membantu mencegah atau menurunkan risiko infeksi atau pada penyakit tertentu sehingga akan meminimalisir angka kejadian kesakitan dan komplikasi,” terangnya.
Selain itu, Dara mengingatkan bahwa ibu-ibu harus lebih paham kepada keperluan tubuh anak yang menjamin kesehatannya dalam waktu jangka panjang.
“Kita mengingatkan kepada ibu-ibu agar lebih paham kepada keperluan tubuh anak yang menjamin kesehatannya dalam waktu jangka panjang,” pungkasnya.