SIMEULUE – Pulau Siumat, desa yang berlokasi di Kecamatan Simeulue Timur, telah menghadapi krisis minyak tanah selama lebih dari satu tahun. Minyak tanah, yang merupakan bagian penting dari subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk kebutuhan sehari-hari, biasanya didistribusikan oleh Agen Penyalur Minyak Subsidi (APMS) ke semua desa di wilayah tersebut. Namun, tampaknya Pulau Siumat tidak mendapatkan jatahnya selama lebih dari satu tahun terakhir.
“Sudah satu tahun lebih jatah minyak tanah desa kami hilang tanpa jejak. Kami tidak tahu kemana arahnya,” kata seorang warga yang tidak ingin disebutkan namanya kepada ini, Minggu (11/02/2024).
“Kami sangat merasa sulit sekarang, apalagi kurang dari sebulan kedepan sudah masuk bulan Ramadhan, kami sangat berharap pemerintah dapat menyalurkan kembali minyak tanah ke Pulau Siumat,” tambahnya.
“Terakhir minyak tanah tersalurkan ke Pulau Siumat sejak masih ada bot desa lgi, dan itu sudah lebih satu tahun,” jelasnya.
Akibat tidak adanya pasokan minyak tanah, warga terpaksa beralih ke kayu bakar untuk memasak, seolah-olah kembali ke zaman batu. Mereka juga terpaksa membeli minyak tanah dari daerah lain dengan harga yang lebih tinggi. Hal ini menambah beban mereka, terutama karena Pulau Siumat berjarak jauh dari pusat kota Sinabang.
Untuk diketahui bahwasanya, perjalanan menuju kota Sinabang dari Pulau Siumat tidaklah mudah, selain harus berlayar selama dua jam lebih, juga harus menempuh cuaca yang kadang ekstrim.
Salah seorang tokoh masyarakat asli Pulau Siumat, Safii, S.Pd meminta kepada Pemerintah Kabupaten Simeulue dan Direktur PT Sejahtera Simeulue Abadi, selaku pemilik APMS, untuk segera mengatasi masalah ini agar masyarakat tidak lagi mengalami kesulitan.
“Dalam beberapa minggu menjelang bulan Ramadan, melihat masyarakat berjuang mencari minyak tanah dengan jerigen membuat saya sangat sedih,” ujar Safii, yang juga merupakan mantan sekretaris umum BEM Unsyiah tahun 2007.
Safii menekankan perlunya tanggapan cepat dari pihak terkait agar situasi ini tidak berlarut-larut dan masyarakat tidak terus menderita.