SIMEULUE – Beberapa orang guru SD SMP Satap pulau Siumat, kecamatan Simeulue Timur, Kabupaten Simeulue, harus berenang bersama barang bawaan mereka ke daratan dikarnakan bot/kapal tumpangannya tidak bisa merepat ke dermaga pelabuhan akibat cuaca yang sangat buruk. Selasa (5/9/2023).
Kepala Sekolah SD SMP Satap Pulau Siumat, Donni Lahanta Lanteng,S.Pd, mengatakan bahwa, awalnya kapal tumpangan ingin merapat ke dermaga, akan tetapi akibat cuaca yang tidak mendukung, terpaksa kapal harus berjangkar.
“Tadi kapalnya mau merapat langsung ke pelabuhan, tapi karena ombaknya terlalu besar juga pelabuhannya sudah hancur, jadi kapal ngak bisa merapat, ya terpaksa para guru harus berenang ke tepian, ini cuma jalan satu-satunya untuk sampai ke daratan,” kata Donni kepada hariandaerah.com. Selasa (5/9/2023).
Ia juga menjelaskan bahwa, mereka sempat meminta bantuan dari daratan untuk mengantar sampan sebagai tempat barang agar tidak basah, akan tetapi dikarnakan obak yang terlalu besar sehingga merendam barang hingga sampannya.
“Perahu dayung juga diantar ksana tadi untuk tempat barang mereka, awalnya semua barangnya aman tidak basah, tapi karna obaknya terlalu besar, semua barang bawaan mereka basah, padahal mereka berenang ngak naik ke perahu, perahunya cuma dipegang aja biar bisa diarahkan,” jelas Donni.
Diketahui bahwasanya perjalanan normal Sinabang-Pulau Siumat hanya memakan waktu selama 2 jam saja, akan tetapi karena buruknya cuaca ditambah hujan lebat juga ombak yang besar, mereka terkatung-katung selama 5 jam hingga tiba di Pulau Siumat.
“Kami berangkat sekitar jam 11 siang dan biasanya perjalanannya hanya 2 jam saja tapi tdi kami 5 jam baru sampai, awalnya kami sampai jam 3 sore cuma karena gak bisa merapat jadi kami harus tunggu sampan tempat barang 1 jam lagi,” kata salah seorang guru, Arif Rahman hakim, S.Pd.
Ia menjelaskan bahwa, akibat peristiwa tersebut, beberapa barang bawaanya basah, bahkan semua pakaian yang ada dalam tas mereka terendam air.
“Semua pakaian dalam tas saya basah, bahkan tadi hp saya sempat basah juga tapi Alhamdulillah masih bisa hidup karena saya bungkus dalam pelastik, barang belanja saya juga semuanya basah, bahkan ada beberapa yang hilang karna kotak tempatnya hancur terendam air laut tadi” ungkap Arif.
Ia juga mengungkapkan bahwa, ini bukanlah hal yang pertama kali ia alami, bahkan hampir setiap cuaca buruk mereka terpaksa harus berenang.
“Ini sudah resiko ya barang kali, karena ini bukan yang pertama kali saya harus berenang ke darat, hampir setiap kali cuaca buruk kalo kapal ngak bisa merapat ya harus bereng karena memang tidak ada cara lain selain ini,” tuturnya sambil senyum.

Sebelumnya pada Senin (4/9/2023) hal yang serupa juga sempat dialami Kepala Sekolah, bahkan mereka sempat hilang arah karena gangguan hujan yang sangat deras hingga daratan tak tampak sama sekali.
“Senin sore setelah sholat ashar kami berangkat dari Sinabang tujuannya ke Pulau, trus ditengah perjalanan kami diterpa badai yang Kuat juga hujan yang lebat hingga daratan tak nampak, akhirnya kami terkatung-katung hingga jam 8 malam, Alhamdulillah untung ada bot Bagan (kapal nelayan) yang lgi berjangkar dan kami menginap disana sampe Shubuh, sekitar jam 6 baru melanjutkan perjalanan ke Pulau Siumat,” ungkap Donni.
Perjalanan yang dilakukan oleh para guru yang mengajar di SD SMP Satap Pulau Siumat sungguh penuh tantangan dan bahaya, hingga mereka harus berani mempertaruhkan nyawa demi mencapai sekolah. Semoga para guru selalu diberikan kekuatan dan kesehatan oleh Allah SWT untuk menjalankan tugas mulia ini.