Iklan Diskopukm Aceh
Iklan Diskopukm Aceh

Bangkit dari Pahitnya Pernikahan, Pipit Setiadi Jadi Pengusaha Sukses Fashion Anak di Pasaman Barat

Bangkit dari Pahitnya Pernikahan, Pipit Setiadi Jadi Pengusaha Sukses Fashion Anak di Pasaman Barat WhatsApp Image 2025 05 08 at 10.21.52
Pipit Setiadi. (Foto: hariandaerah.com).

PASAMAN BARAT — Pipit Setiadi, atau yang akrab disapa Lingling, adalah sosok perempuan inspiratif dari Simpang Empat, Pasaman Barat, Sumatera Barat. Di balik senyum dan penampilannya yang memancarkan kepercayaan diri, tersimpan kisah perjuangan panjang yang penuh liku. Ia adalah potret perempuan tangguh yang bangkit dari keterpurukan rumah tangga menuju kehidupan yang mandiri dan sukses.

Dulu, seperti banyak perempuan lainnya, Pipit berharap hidup bahagia setelah menikah. Namun kenyataan tak selalu berjalan sesuai harapan. Rumah tangganya tak seperti yang ia bayangkan. Ia menjalani pernikahan yang penuh tekanan, hingga akhirnya memutuskan untuk bercerai dan membesarkan anak perempuan semata wayangnya seorang diri.

Keputusan itu tentu tidak mudah. Di tengah tekanan sosial dan stigma negatif terhadap perempuan yang bercerai, Pipit memberanikan diri untuk keluar dari lingkaran tersebut. Ia percaya, menjadi mandiri adalah satu-satunya cara untuk mengubah nasib.

“Saya hanya ingin anak-anak saya melihat bahwa ibunya bisa kuat, bisa bahagia, dan bisa sukses meski sendiri,” tuturnya, Rabu (7/5/2025).

Langkah pertama yang ia ambil adalah membangun usaha kecil di bidang fashion anak. Bermodal tekad, kreativitas, dan sedikit tabungan, ia mulai merancang dan memproduksi pakaian bayi dan anak-anak. Enam tahun berselang, merek miliknya kini telah dikenal luas di Pasaman dan sekitarnya. Ia bahkan mampu memasarkan produknya secara online hingga ke luar daerah.

“Banyak yang bilang usaha ini sepele, tapi saya percaya bahwa kalau dijalani dengan serius, hasilnya akan terlihat. Saya tidak malu jualan. Justru saya bangga bisa berdiri di atas kaki sendiri,” kata Lingling, yang juga aktif mempromosikan produknya lewat media sosial.

Kini, hasil kerja kerasnya telah berbuah manis. Ia berhasil membeli tanah dan kebun sawit dengan uang tunai, memiliki kendaraan pribadi, dan menjalani kehidupan yang lebih sejahtera. Ia juga rutin melakukan perawatan diri sebagai bentuk penghargaan terhadap dirinya sendiri, sembari tetap menjalankan peran sebagai ibu.

Bagi Lingling, perceraian bukanlah akhir kehidupan, melainkan awal dari perjalanan menemukan jati diri. Ia juga mengungkap bahwa sang mantan suami justru memberi dorongan tak langsung yang memotivasinya untuk lebih giat bekerja.

“Saya belajar untuk tidak takut bekerja keras. Kalau kita mencintai apa yang kita kerjakan, semua akan terasa lebih ringan,” ujarnya.

Dengan latar belakang pendidikan S-1 Ilmu Administrasi Negara, Pipit mampu mengelola bisnisnya dengan rapi dan profesional. Ia juga kerap menjadi tempat curhat bagi perempuan lain yang menghadapi situasi serupa, membagikan pengalamannya agar menjadi semangat bagi sesama.

Pemerintah daerah setempat pun mengapresiasi langkah Pipit dalam menggerakkan ekonomi mikro di daerahnya. Ia menjadi contoh nyata bahwa perempuan bisa menjadi agen perubahan dalam keluarga dan komunitas.

Kini, Pipit Setiadi tak hanya dikenal sebagai pengusaha fashion anak, tetapi juga sebagai simbol keberanian perempuan di tengah budaya yang masih kerap membatasi ruang gerak mereka. Ia membuktikan bahwa dari keterpurukan, bisa tumbuh kekuatan besar—asal ada niat, keberanian, dan ketekunan.

Penulis: Dion ArvonaEditor: Herlin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *