BANDA ACEH – Stunting adalah kondisi ketika pertumbuhan fisik dan perkembangan anak terhambat, terutama pada usia 0-5 tahun. Stunting dapat memiliki dampak jangka panjang pada kesehatan dan perkembangan anak termasuk penurunan kecerdasan, rendahnya produktivitas di masa dewasa, berisiko penyakit kronis seperti diabetes, dan penyakit jantung.
Peran aktif orang tua dalam memantau tumbuh kembang anak dan memberikan perhatian yang baik dapat mencegah dan mengurangi risiko stunting. Keluarga/ orang tua berfungsi untuk memastikan bahwa anaknya sehat dan aman, memberikan sarana dan prasana untuk mengembangkan kemampuan sebagai bekal di kehidupan sosial, serta sebagai media dalam menanamkan nilai sosial dan budaya sedini mungkin.
Dengan memantau tumbuh kembang anak secara teratur, para orang tua dapat mengidentifikasi masalah pertumbuhan dan perkembangan sejak dini. Dengan demikian, langkah-langkah pencegahan dan intervensi dapat segera diambil
Hal tersebut disamapaikan, Kepala Puskesemas Ulee Kareng, Malahayati., SKM, MPH., diruang kerjanya saat di jumpai awak media hariandaerah.com, Senin (18/12/2023).
“Memantau tumbuh kembang anak dinilai sangat penting untuk mencegah stunting, orang tua perlu terus memantau tumbuh kembang anak mereka terutama dari tinggi dan berat badan anak,” kata Malahayati.
Lebih lanjut, Kapus Puskesmas Ulee Kareng itu mengataka, bawa si kecil secara berkala ke Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) maupun klinik khusus anak. Dengan begitu, akan lebih mudah bagi orangtua untuk mengetahui gejala awal, gangguan, maupun penanganan stunting jika terjadi.
Di samping itu, Malahayati, membagikan sejumlah tips untuk memantau tumbuh kembang si kecil diantaranya dengan memberikan nutrisi yang seimbang. Pastikan anak mendapatkan makanan yang bergizi dan seimbang termasuk protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral.
“Perhatikan pula asupan zat besi, kalsium, vitamin A, dan vitamin C yang penting untuk pertumbuhan anak,” ujarnya.
Kemudian, memberikan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif apabila memiliki bayi berusia di bawah enam bulan. Pemberian ASI mengandung nutrisi lengkap dan dapat membantu mencegah stunting.
Lalu, memberikan makanan pendamping ASI. Setelah bayi berusia enam bulan, perlahan-lahan mulailah memberikan makanan pendamping ASI.
“Pilih makanan yang sesuai dengan usia dan kebutuhan anak seperti sereal, buah-buahan, sayuran, dan protein hewani atau nabati,” imbaunya.
Kemudian lanjutnya, menjaga kebersihan dan sanitasi merupakan bagian dari upaya menghindari stunting. Orang tua harus memastikan makanan dan air yang dikonsumsi oleh anak bersih dan aman. Cuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan sebelum memberi makan anak.
“Memberikan stimulasi yang baik untuk perkembangan fisik, kognitif, dan sosial anak. Ajak anak bermain, membaca buku, bernyanyi, dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar,” ujarnya.
Hal ini juga didukung dengan rutin memeriksakan kesehatan anak termasuk imunisasi dan pemeriksaan pertumbuhan. Dokter akan memantau pertumbuhan anak dan memberikan saran yang tepat jika ada masalah.
Penting juga mengenali tanda-tanda stunting seperti pertumbuhan yang terhambat, berat badan kurang, dan perkembangan yang lambat. Jika menemukan tanda-tanda tersebut, segera konsultasikan dengan dokter.
“Hindari faktor risiko stunting seperti kekurangan gizi, infeksi, sanitasi yang buruk, dan lingkungan yang tidak mendukung pertumbuhan anak,” imbaunya.
Selanjutnya, meningkatkan pengetahuan tentang gizi dan pertumbuhan anak dengan selalu mencari informasi terbaru mengenai gizi dan pertumbuhan anak. Dengan pengetahuan yang baik, orangtua dapat memberikan perawatan yang tepat untuk mencegah stunting.
Pada kesempatan tersebut, Malahayati menuturkan, penting bagi orang tua untuk memberikan kasih sayang dan perhatian yang cukup kepada anak. Interaksi positif dan dukungan emosional dapat membantu perkembangan anak secara keseluruhan.
Berikut beberapa manfaat penting dari memantau tumbuh kembang anak:
- Deteksi dini masalah pertumbuhan: Melalui pemantauan tumbuh kembang, kita dapat mengidentifikasi apakah anak mengalami pertumbuhan yang tidak sesuai dengan usianya. Tanda-tanda stunting seperti berat badan yang tidak naik sesuai harapan, tinggi badan yang tidak bertambah seiring pertumbuhan usia, atau perkembangan motorik yang terlambat dapat dikenali dengan lebih cepat.
- Penyediaan nutrisi yang tepat: Dengan memantau tumbuh kembang anak, kita dapat mengidentifikasi apakah anak mendapatkan nutrisi yang cukup dan seimbang. Jika ada kekurangan gizi atau masalah dalam pola makan, langkah-langkah dapat diambil untuk meningkatkan asupan gizi anak melalui pemberian makanan yang bergizi dan seimbang.
- Pengawasan perkembangan mental dan sosial: Pemantauan tumbuh kembang tidak hanya melibatkan aspek fisik, tetapi juga perkembangan mental dan sosial anak. Dengan memantau perkembangan anak dalam hal kemampuan berbicara, interaksi sosial, keterampilan motorik, dan kognitif, kita dapat mengidentifikasi apakah anak mengalami keterlambatan dalam perkembangan tersebut. Tindakan intervensi dapat diambil untuk membantu anak dalam mencapai perkembangan yang optimal.
- Pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh: Melalui pemantauan tumbuh kembang anak, pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh dapat dilakukan. Ini termasuk pemeriksaan imunisasi, pemeriksaan kesehatan rutin, dan pemeriksaan perkembangan fisik dan mental. Dengan melakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur, masalah kesehatan yang mungkin mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak dapat diidentifikasi dan ditangani dengan cepat.
“Dalam rangka mencegah stunting, penting bagi orang tua dan pendidik untuk aktif memantau tumbuh kembang anak secara teratur. Pemantauan ini dapat dilakukan melalui pemeriksaan kesehatan rutin, konsultasi dengan dokter anak, atau melalui program pemantauan tumbuh kembang yang disediakan oleh pemerintah atau organisasi kesehatan,” pungkasnya.
Adapun, beberapa cara mencegah stunting pada anak yang disarankan Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kemenkes RI yaitu memenuhi kebutuhan gizi sejak hamil, beri ASI eksklusif sampai bayi berusia enam bulan, dampingi ASI eksklusif dengan MPASI sehat, terus memantau tumbuh kembang anak, dan selalu jaga kebersihan lingkungan
Hal yang sama juga disampaikan Koordinator Program Gizi UPTD Puskesmas Ulee Kareng, Novita, Amd Gizi, bahwa tentang pentingnya memenuhi kebutuhan zat besi untuk mencegah anemia. Pada ibu hamil biasanya di posyandu atau puskesmas itu akan diberikan TTD untuk mencukupi kebutuhan zat besi selama masa kehamilan, guna mencegah anemia.
“Jika ibu anemia, maka proses pencernaan makanan dan nutrisi akan terganggu, sehingga berpengaruh pada tumbuh kembang janin,” jelas Novita, Senin (18/12/2023).
Kemudian ia mengatakan pada ibu hamil, TTD diberikan sebanyak 90 tablet selama masa kehamilan. Sedangkan untuk remaja putri pemberian TTD dilakukan mulai dari usia 12-18 tahun di setiap sekolah.
“Kita bekerja sama dengan pemerintah untuk memberikan TTD serentak di sekolah-sekolah, sedikitnya satu tablet per minggu,” ungkap Novita .
Maka asupan gizi itu diberikan saat si ibu sedang mempersiapkan kehamilan. Bahkan dari pasangan yang akan menikah dilakukan screening kesehatan, karena mereka akan menjadi calon ibu,
“Jadi mulai dari remaja sekarang sudah kita berikan juga tablet tambah darah, sebagai upaya mencegah terjadinya anemia pda remaja putri, yang nantinya akan menjadi calon ibu. Intinya sedini mungkin kita sudah memperhatikan asupan sebagai ikhtiar kita dalam mencegah stunting itu sendiri,” jelasnya.
Kemudia memberikan asupan gizi seimbang dikarenakan, Gizi sangat berperan penting, asupan yang baik dan seimbang sangat menentukan status gizi anak kedepan, terutama stunting.
“Khususnya status gizi anak usia 0-2 thn yg merupakan periode emas anak yang tidak bisa di ulang dimasa mendatang,” kata Novita.
“Stunting bukan hanya mengganggu pertumbuhan tinggi badan namun juga perkembangan otak, dimana usia 2 tahun ini pertumbuhan otak anak paling maksimal sampai mencapai 80%,” sambungnya.
Dikatakannya, angat berpengaruh, jika asupan gizi kurang terutama di 1000 hari pertama kehidupan 0 bulan dala kandungan – 2 tahun, maka akan sangat berpengaruh pada tumbuh dan kembang si anak, jika si anak pendek dan perkembangan otaknya juga kurang, maka kedepan SDM berkualitas di negara kita akan rendah.
“Anak yang pendek juga memiliki risiko terjadinya penyakit2 degeneratif di masa mendatang..
Stunting ini bukan hanya tentang asupan, banyak faktor penyebab lainnya seperti kondisi sanitasi yg kurang baik, status sosial, ekonomi keluarga dan lain-lain, jadi tidak semuanya stunting ini disebabkan oleh masalah gizi,” ujarnya.
Pada kesempatan tersebut Novita juga berharap, semoga kedepannya angka stunting di Aceh terus berkurang dan menurun.
“Kita akan mengupayakan memberikan pemahaman kepada ibu dan para calon ibu untuk memperhatikan asupan makan, kesehatan sehingga ketika hamil nantinya bisa melahirkan anak yang sehat dan bebas stunting, perlu terus kita lakukan advokasi ke setiap lintas sektor untuk mau terlibat dalam upaya pencegahan stunting ini,” pupungkasnya.