Amalluna Umaya Rozalih
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BENCANA ALAM sering terjadi di indonesia, menurut Badan Nasional Penaggulangan Bencana (BNPB), 5400 bencana alam terjadi di Indonesia pada tahun 2023. Bencana ini menyebabkan kerugian ekonomi, material, dan korban jiwa.
Menurut Data Informasi Bencana Indonesia (DIBI), jumlah kejadian berdasarkan jenis bencana alam yang terjadi di Indonesia pada tahun 2023 – 23 November 2024 telah terjadi bencana alam berupa, Banjir berjumlah 1.960, Tanah Longsor berjumlah677, Gelombang Pasang dan Abrasi berjumlah 8, Cuaca Ekstrem berjumlah 646, Kekeringan berjumlah 1.037, Kebakaran Hutan dan Lahan berjumlah 2.187, Gempa Bumi berjumlah 41, dan Erupsi Gunung berapi berjumlah 8. Dengan total korban jiwa meninggal berjumlah 650, hilang 80, terluka 6.466, dan menderita 12.372.277. Kerusakan ringan, sedang, dan berat pada rumah berjumlah 87.387.
Dalam mengatasi hal ini, inovasi teknologi dalam sistem peringatan dini kebencanaan sangat penting agar masyarakat dapat bersiap ketika bencana terjadi dan lembaga-lembaga yang bersangkutan agar dapat segera memberikan informasi peringatan dini kebencanaan, untuk meminimalisir adanya korban jiwa.
Adanya sistem yang akurat dapat membantu mendeteksi tanda–tanda awal bencana sehingga peringatan bisa diberikan lebih cepat. Peringatan dini bencana yang cepat tersampaikan oleh masyarakat dapat mengurangi risiko korban jiwa, karena ada waktu untuk evakuasi dan mempersiapkan diri menghadapi bencana.
Teknologi tersebut bukan hanya untuk menyelamatkan nyawa, tetapi dapat mengurangi kerugian ekonomi. Mewujudkan masyarakat yang siap, sigap, dan cepat dalam menghadapi bencana dapat dimulai dengan adanya teknologi dalam sistem peringatan dini kebencanaan.
Saat ini Indonesia telah menciptakan inovasi dalam sistem peringatan dini kebencanaan. Dengan dibentuknya Sistem Nasional Peringatan Dini Kebencanaan yang dibuat oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika.
Sistem ini meliputi Early Warning System (EWS) TV Digital dan Disaster Prevention Information System (DPIS). Budi Arie Setiadi, Menteri Komunikasi dan Informatika, menekankan bahwa kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana di Indonesia sangat penting.
Menurutnya, sistem ini dibuat agar informasi bencana bisa disampaikan dengan cepat dan akurat kepada masyarakat dan petugas lapangan, sehingga evakuasi dan upaya mitigasi bencana bisa dilakukan dengan lebih efektif.
Pengembangan dari sistem Early Warning System (EWS) milik kominfo yang sebelumnya hanya dapat mengirim pesan bencana melalui SMS Blast, kini dapat menyebarkan informasi bencana melalui TV Digital.
Sistem ini telah bekerja sama dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
Penggunaan Early Warning System (EWS) TV Digital mensyaratkan penggunaan kode pos sesuai wilayah domisili pada perangkat TV Digital atau Set Top Box (STB) agar menerima peringatan dini bencana secara Real-Time.
Informasi kebencanaan hanya dibagikan ke daerah terdampak saja sesuai kode pos wilayah yang terjadi bencana. Masyarakat yang terdampak dapat melihat siaran peringatan dini tersebut di layar televisi digitalnya, Saat sedang mengakses televisi digital tersebut, maka dalam waktu kurang dari 3 menit jika Early Warning System (EWS) TV Digital menemukan kemungkinan bencana, ia akan mengirimkan peringatan dini bencana ke TV Digital. Saat ada siaran lain sistem ini dapat menginterupsi siaran untuk memberikan peringatan mendesak pada masyarakat.
Dalam sesi uji coba sistem Early Warning System (EWS) TV Digital, Peringatan bencana ditandai dengan tiga level bunyi alarm disertai warna tampilan layar digital yang memaknai tiga level peringatan, yaitu biru waspada, kuning siaga, dan merah awas.
Pemerintah telah bekerja sama dengan Pemerintah Jepang yang diwakili Badan Kerja Sama Internasional Jepang atau Japan International Cooperation Agency (JICA), dan mendapatkan bantuan atau hibah Disaster Prevention Information System (DPIS) senilai 1,49 Miliar yen atau Rp. 157,6 Miliar.
Disaster Prevention Information System (DPIS) Dirancang khusus untuk memberikan informasi bencana secara Real-Time kepada petugas di lapangan berbasis komputer maupun ponsel. Disaster Prevention Information System (DPIS) Telah terintegrasi dengan beberapa petugas di badan kebencanaan negara, Seperti Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi