BANDA ACEH – Stunting merupakan kondisi yang menyebabkan masalah pertumbuhan pada anak (pertumbuhan tubuh dan otak) yang diakibatkan kekurangan gizi kronis dalam waktu yang lama. Sehingga, ukuran tubuh anak lebih pendek dari rata-rata anak normal seusianya dan fungsi otak tidak bekerja optimal, sehingga anak memiliki keterlambatan dalam berpikir.
Hal tersebut disampaikan, Kepala Dinas Kesehatan Aceh, dr. Munawar, Sp. OG (K), melalui Kepala Seksi Kesehatan Keluarga (Kesga) dan Gizi Dinas Kesehatan Aceh, dr. Dara Juliana., M.Kes saat dijumpai hariandaerah.com usai penutupan kegiatan pertemuan evaluasi program kesga dan gizi TK Provinsi ke-2 Dinkes Aceh yang berlangsung di Ayani Hotel, Senin (11/12/2023).
Stunting dapat dicegah dengan berbagai cara, salah satunya dengan memenuhi asupan protein hewani dalam pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) untuk anak usia 6 bulan ke atas. Protein hewani mengandung zat gizi lengkap seperti asam amino, mineral dan vitamin yang penting untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak.
Penelitian menunjukkan adanya bukti kuat hubungan antara stunting dan indikator konsumsi pangan yang berasal dari hewan, seperti telur, daging, ikan dan susu atau produk olahannya, seperti keju dan yoghurt. Penelitian juga menyebutkan, konsumsi pangan yang berasal dari protein hewani lebih dari satu jenis lebih menguntungkan daripada konsumsi pangan berasal dari hewani tunggal.
Namun, meski bermanfaat untuk mencegah stunting pada anak, konsumsi protein per kapita masyarakat Indonesia masih tergolong rendah. Dikutip dari sehatnegeriku.kemkes.go.id, data Susenas 2022 menunjukkan rata-rata konsumsi protein per kapita sehari 62.21 gram (di atas standar 57 gram), tetapi konsumsi telur dan susu 3.37 gram, daging 4.79 gram dan ikan/udang/cumi/kerang berkisar 9,58 persen.
Sementara itu, berdasarkan data Food and Agriculture Organization (FAO), konsumsi telur, daging, serta susu dan produk turunannya di Indonesia termasuk rendah di dunia. Konsumsi telur antara 4-6 kg/tahun, konsumsi daging kurang dari 40 g/orang, serta konsumsi susu dan produk turunannya 0-50 kg/orang/tahun.
Telur merupakan sumber protein, asam amino dan lemak sehat. Sementara susu mengandung protein dan kalsium. Makan telur matang dengan susu membuat asupan protein manusia seimbang.
Lebih lanjut, Dara Juliana mengatakan, konsumsi protein hewani itu penting dalam upaya pencegahan stunting, karena unsur di dalamnya berpengaruh pada pembentukan sel darah merah. Selain itu, di dalam protein hewani juga terdapat banyak nutrisi seperti vitamin B12, vitamin D, zat besi, dan juga asam lemak omega 3 yang berperan penting dalam perkembangan otak dan tubuh anak.
“Makanan mengandung protein hewani yang kita anjurkan itu seperti telur, daging ayam, daging sapi, ikan, dan udang yang bisa dikonsumsi bayi dengan jumlah tertentu, sesuai umurnya,” kata Dara
Lebih lanjut, Dara menyebutkan, daging ayam mengandung protein, zat besi, magnesium, vitamin, dan fosfor yang sangat penting untuk mendukung tumbuh kembang si kecil. Tak hanya itu, kandungan kolin dan vitamin C-nya dapat meningkatkan perkembangan otak anak.
Selain daging ayam, daging sapi juga baik dikonsumsi oleh bayi. Dalam 100 gram daging sapi mengandung protein sebanyak 26 gram. Daging sapi juga kaya nutrisi seperti asam folat, zat besi, dan kalsium sehingga sangat baik sebagai pencegahan stunting pada bayi.
Sementara itu, ikan merupakan makanan tinggi protein yang kaya manfaat dan mudah didapatkan dengan harga yang lebih terjangkau dibandingkan daging sapi atau ayam.
“Ikan mengandung asam lemak omega 3 yang mampu mengoptimalkan perkembangan otak anak pada periode emas pertumbuhannya,” ujar Dara.
Protein hewani selanjutnya yang baik untuk pencegahan stunting adalah telur. Selain mudah didapatkan, telur merupakan makanan yang mengandung nutrisi komplit untuk bayi hingga orang dewasa. Dalam satu butir telur mengandung 75 kalori, 7 gram protein tinggi, zat besi, lemak, dan vitamin. Telur juga mengandung asam amino esensial yang bermanfaat dalam mendukung sistem imun dan asam lemak omega-3 untuk kecerdasan otak. Teksturnya yang lembut akan memudahkan bayi dalam menelan dan mencernanya.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) no 28 tahun 2019, kebutuhan asupan protein harian anak disesuaikan dengan usianya yaitu usia 6-11 bulan sebanyak 15 gram/hari, usia 1-3 tahun sebanyak 20 gram/hari, usia 4-6 tahun sebanyak 25 gram/hari, dan usia 7-9 tahun sebanyak 40 gram/hari.
“Tapi perlu diingat, walaupun penting bukan berarti kita hanya memberikan anak makanan yang mengandung protein hewani saja. Anak juga memerlukan zat gizi lainnya secara seimbang, seperti protein nabati, karbohidrat, sayur-sayuran, dan buah-buahan,” ucap Dara.
Kata Dara, Dinas Kesehatan sendiri sudah memberikan imbauan kepada masyarakat terkait pentingnya konsumsi protein hewani untuk mencegah stunting.
“Bahkan bukan hanya di Kota Banda Aceh saja, tapi di 23 kabupaten/kota di bawah binaan Dinas Kesehatan Provinsi Aceh,” ujarnya.
Hal yang sama juga disampaikan Kepala Puskesmas (Kampus) Kuala Makmur, Marnita, SST, MKM, terkait pentingnya protein hewani dalam upaya pencegahan stunting pada anak dan ibu hamil.
“Anak stunting itu, satu hari saja dia makan dua telur, itu sudah bisa terbebas dari stunting,” kata Marnita kepada media hariandaerah.com, Kamis (14/12/2023).
Bahkan kata Marnita, Puskesmas Kuala Makmur menggerakan Program Gerakan Masyarakat Rajin ke Posyandu (Gemas Rindu). Program tersebut bertujuan agar masyarakat terutama ibu hamil dan yang memiliki balita sadar akan pentingnya kesehatan baik itu pemberian imunisasi maupun yang lainnya.
Lebih lanjut, Marnita mengatakan, program Inovasi Gemas Rindu itu mulai digagas pada akhir tahun 2022 lalu sampai dengan sekarang.
“Program ini bertujuan guna memastikan pencegahan stunting di wilayah UPTD Puskesemas Kuala Makmur akan kesadaran masyarakat pentingnya posyandu,” kata Marnita.
“Dalam program Gemas Rindu ini, terdiri dari beberapa dukungan kegiatan yakni: Imunisasi, KIA, Promkes, Gizi dan Kesling,” pungkasnya.