DHARMASRAYA – Pihak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sungai Dareh kabupaten Dharmasraya Sumatera Barat, buka suara usai viral adanya pasien kritis atas nama Peri Aryandi diduga ditelantarkan hingga meninggal. Pasien tersebut dibenarkan meninggal di dalam perjalanan ke Rumah Sakit M.Jamil Padang.
“Pertama-tama kami menyampaikan turut berduka cita atas meninggalnya almarhuma Peri Ariyandi. Kami konfirmasi bahwa betul almarhumah meninggal dalam perjalanan setah sempat dapat dirawat inap di RSUD Sungai Dareh,”ujar Dirut RSUD Sungai Dareh Sarti Novita, Selasa (6/5/2025) kemarin.
Dirut RSUD Sungai Dareh Sarti Novita yang di dampingi oleh Kabid Pelayanan Medik dan Penunjang Medik dr.Henresta,M.Bomed. juga hadir Kabid Perawat dan Kebidanan Ns.Elvi Nora,S.Kep.Acara di Aula Lantai 3 Gedung RSUD Sungai Dareh.
Namun, lanjut Novita sapaan Diurut tersebut tidak semua informasi yang beredar tersebut benar adanya. Dia menjelaskan, kondisi IGD RSUD Sungai Dareh terbatasan para media namun sempat dilayani dengan baik dan dapat mendapat pertolongan pertama RSUD.
“Karena kondisi IGD dan ICU kami saat itu dalam kondisi aman dan pasien harus dirujuk ke Rumah Sakit M.Jamil Padang karena luka dikepala tidak bisa dilanjutkan perawatannya di RSUD Sungai Dareh, sehingga tim kami menjawab melalui SISRUTE agar dialihkan ke RS yang lain karena kondisi IGD dan ICU tidak bisa melanjutkan karena ketrbatasan para media atau dokter Spesialis tidak ada ” tambahnya lagi.
Saat pasien tiba, petugas IGD tetap sigap mencari tempat tidur untuk pasien agar tetap segera ditangani. Namun pasien harus melanjutkan perawatan yang lebih inten ke tempat lain .
“Kami membantah narasi dalam media masa yang viral dan yang menyebut pasien ditelantarkan atau ditolak oleh RSUD Sungai Dareh.Menurutnya, kondisi IGD saat itu memang dalam kondisi penuh tapi kami tetap menerimanya, jadi tidak benar bahwa ada penolakan, tapi tetap dapat pertolongan dari pihak kami sehingga kami rujuk ke Padang,” ungkapnya.
Sebelumnya, viral di media sosial Pasien tersebut diduga ditelantarkan dan lambat mendapat penanganan hingga meninggal itu tidak bisa diterima sebut pihak RSUD Sungai Dareh.
“Ada beberapa jam di rumah sakit dan dapat pertolongan di sini Rumah Sakit Sungai Dareh dan dirujuk ke RSUD Dr M.Jamil Padang,” tutup Sarti Novita.
Peri Ariyandi meninggal akibat kecelakaan di depan Kampus Undhari di jalan Lintas Sumatera Km 18, Jorong Sungai Lomak, Nagari Koto Padang, Kecamatan Koto Baru.pada Senin (5/5/2025) sekira pukul 03.00 WIB. Peri Ariyandi merupakan Mahasiswa Undhari yang beradal dari Tabir Ulu.
Menurut keterangan dari pihak BEM Undhair, Peri Aryandi mengendarai sepeda motor beat bersama temannya bernama Alhuda, tabrakan denan mobil minibus Daihatsu yang membawa ikan dan udang yang melaju dari arah Padang.
Kedua korban dilarikan ke Puskesmas Blok B Sitiung I pada pukul 03.30 WIB dan mendapat penanganan awal. Selanjutnya, keduanya dirujuk ke RSUD Sungai Dareh dan tiba sekitar pukul 05.00 WIB.
Peri Aryandi mengalami kondisi sangat kritis, dengan pendarahan hebat dan kehilangan banyak darah yang seharusnya memerlukan transfusi segera, fraktur terbuka pada tulang paha kanan, patah tulang pada lengan kanan, luka robek di pelipis, dagu, dan kepala,” ujar seorang pengurus BEM Udhari.
Penanganan awal di Puskesmas telah dilakukan, termasuk pemasangan perban dan pemberian infus kemudian Peri dirujuk ke RSUD Sungai Darah.
“Informasi awal RSUD Sungai Dareh menyebutkan bahwa korban akan dioperasi pukul 11.00 WIB. Namun operasi ditunda ke pukul 12.00, kemudian kembali ditunda ke pukul 13.00, dan ditunda lagi ke pukul 14.00 WIB. Korban baru masuk ruang operasi pukul 14.20 WIB,” sambungnya.
Masih meurut pengurus BEM Udhari, bahwa sekira pukul 08.45 WIB, semua administrasi pasien telah dinyatakan lengkap untuk rujukan ke rumah sakit di Padang. Namun hingga pukul 12.00 WIB, tidak ada kepastian rujukan dari pihak RSUD. Salah satu alasan yang disampaikan adalah belum adanya tanggapan dari rumah sakit tujuan melalui WhatsApp.
‘Hal yang sangat kami sesalkan, di tengah situasi darurat ini, terdapat pernyataan dari pegawai administrasi RSUD yang menyatakan:
“Baa kok dak apak sajo langsung maantaan ka Padang,” (Bagaimana, kalau tidak Bapak saja yang antar ke Padang),” ungkap pemgurs BEM itu yang turut mendampingi Peri saat masuk RSUD Sungai Darah.
“Pernyataan tersebut sangat tidak pantas dan mencerminkan minimnya empati di tengah kondisi kritis pasien. Peri Aryandi akhirnya meninggal dunia sekitar pukul 12.15 WIB pada Selasa (6/5/2025), sementara bermama Alhuda selamat dari maut namun perlu penanganan medis secara intensif,” pungkasnya.