BANDA ACEH – Ginjal merupakan organ terpenting manusia yang berfungsi menyaring zat berbahaya. Sayangnya, ada banyak faktor yang bisa mengganggu dan menurunkan kinerjanya. Kondisi ini bisa berujung pada kerusakan ginjal.
Hal tersebut disampaikan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes), dr. Munawar, Sp. OG (K) melalui Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas kesehatan Aceh, dr. Iman Murahman, MKM. Selasa (28/11/2023).
Lebih lanjut Iman Murahman mengatakan, berdasarkan data yang dirilis World Health Organization (WHO), ada 1,7 juta orang di seluruh dunia yang meninggal duni akibat penyakit ginjal tiap tahunnya. Melihat tingkat prevalensi yang masih tinggi, ada baiknya juga mulai memerhatikan kesehatan ginjal.
“Penyakit ginjal ini mengacu pada semua kondisi yang mengganggu fungsi dan kinerja ginjal. Baik itu yang ringan hingga yang terparah dengan risiko kematian,” kata Iman Murahman saat di konfirmasi hariandaerah.com diruang kerjanya.
Iman Murahman menjelaskan, saat gangguan ginjal terjadi, organ tersebut tidak bisa menjalankan tugasnya dengan baik. Akibatnya, racun dan zat berbahaya di dalam tubuh menjadi sulit dibersihkan.
“Gangguan ginjal bisa terjadi pada satu atau seluruh bagian dari organ tersebut,” ujarnya.
Kemudian, untuk penyebab dari penyakit ginjal ini sangat beragam, tidak terpaku pada satu faktor saja. Hal-hal yang bisa memicu gangguan pada organ ini di antaranya, gaya hidup tak sehat, tekanan darah tinggi, kurang minum, sering menahan buang air kecil, merokok, kadar gula tinggi dan terlalu banyak asupan garam.
“Selain itu, penyakit ginjal juga bisa disebabkan oleh komplikasi gangguan kesehatan lain, seperti diabetes, lupus, dan infeksi bakteri,” jelasnya.
Sementara itu, untuk gejala penyakit ginjal ini, kata Iman Murahman, biasanya muncul secara bertahap, dari ringan hingga berat. Oleh karena itu, sangat penting untuk memerhatikan setiap tanda yang terasa dan terlihat pada tubuh.
“Adapun gejala penyakit ginjal ini menurut Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas kesehatan Aceh yakni, mudah leleh , sulit tidur, kulit kering dan gatal. darah di urine, bengkak di kaki dan sering kram,” ucapnya.
Sementara untuk penyakit ginjal memiliki banyak jenis, mulai dari yang ringan hingga tahapan yang bisa mengancam nyawa. Gejala dan penyebabnya juga berbeda-beda. Diantaranya, batu ginjal, penyakit ginjal kronis, glomerulonephritis, penyakit ginjal polikistik dan infeksi ginjal.
Kemudian lanjut, Iman, sebelum memberikan pengobatan, dokter akan melakukan serangkaian tes untuk mengetahui jenis dari penyakit ginjal yang diderita. Pemeriksaan itu meliputi: tes urine, tes darah, ct scan, dan biopsi ginjal.
“Setelah mengetahui jenis penyakit ginjal melalui pemeriksaan, dokter akan memberikan obat-obatan. Selain untuk meringankan gejala, obat-obatan ini juga berfungsi menghilangkan faktor pemicunya penyakit ginjal tersebut,” tuturnya.
Pada umumnya, gejala dari penyakit ginjal muncul secara bertahap. Ini membuat banyak orang tak sadar akan tanda-tanda itu, hingga akhirnya memasuki tahapan yang lebih parah. Gagal ginjal adalah kondisi paling kronis, bisa menyebabkan kematian.
Lebih lanjut, kata Iman, sangat penting melakukan pencegahan untuk meminimalkan terjadinya gangguan organ ginjal. Yang perlu dilakukan hanya menjaga ginjal agar tetap sehat, dengan beberapa cara.
“Terutama jaga tekanan darah, pantau kadar gula darah, perhatikan asupan cairan, hindari rokok dan tetep kontrol berat badan,” pungkasnya.
Hal senada juga disampaikan, Hal senada juga disampaikan Kepala Seksi (Kasi) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) dan Kesehatan Jiwa (Keswa) Dinas Kesehatan (Dinkes) Aceh, dr. Siti Dara Safitri, M.Kes saat dijumpai di ruang kerjanya, Ginjal bekerja mengatur keseimbangan cairan tubuh, elektrolit dan asam basa serta mengeluarkan sisa metabolisme tubuh (urea, kreatinin dan asam urat) dan zat kimia asing dengan cara menyaring darah yang melalui ginjal, mereabsorbsi air dan zat-zat tubuh yang dibutuhkan kembali, serta mensekresi kelebihannya sebagai urin.
Penyakit ginjal kronik adalah kerusakan ginjal yang terjadi setidaknya selama 3 bulan atau lebih. Kerusakan ditandai dengan penurunan fungsi ginjal dan/atau gangguan struktur pada ginjal. Laju filtrasi glomerular (LFG) dibawah 60 mL/min/1.73 m2 menunjukan telah terjadi penyakit ginjal kronik.
“Prevalensi penyakit ginjal kronik (PGK) semakin meningkat, pada tahun 2040 diproyeksikan jika PGK menjadi salah satu penyebab kematian tertitnggi di dunia,” kata Siti Dara.
Lebih lanjut Siti Dara menuturkan, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 didapatkan pravalensi Penyakit Ginjal Kronik di Indonesia sebesar 0,5%. Penyebab kerusakan ginjal pada PGK adalah multifaktorial dan kerusakannya bersifat ireversibel. Berdasarkan penelitian ini didapatkan sebagian besar penderita PGK di Indonesia berjenis kelamin perempuan (60,3%) dan obesitas (25,4%). Komorbid tersering didapatkan yaitu hipertensi (40,8%) dan Diabetes Melitus (3,3%).2 Jika mencapai tahap akhir stadium PGK, penderita PGK akan memerlukan dialisis (cuci darah) dan transplantasi ginjal.
Berikut berapa upaya pencegahan dan penanganan risiko penyakit ginjal kronik yaitu:
- Lakukan Pemeriksaan Kesehatan
Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan:
- Pemeriksaan darah untuk mengetahui fungsi ginjal yaitu pemeriksaan ureum, kreatinin, dan laju filtrasi ginjal (LFG)
- Pemeriksaan urin rutin untuk mendeteksi apakah terdapat protein/ albumin pada urin
- Kontrol Tekanan Darah
Hipertensi menjadi salah satu faktor risiko yang menyebabkan penyakit ginjal kronik. Pasien yang memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi) perlu mengontrol tekanan darah agar sesuai target terapi yaitu Tekanan darah kurang dari 140/90 mmHg.
Mengontrol tekanan darah dapat dilakukan dengan modifikasi gaya hidup yaitu dengan mengurangi berat badan pada pasien yang overweight/obesitas, jaga pola makan dengan menerapkan diet Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH) dengan membatasi jumlah konsumsi natrium yaitu kurang dari 2.300 mg (setara dengan 1 sendok teh garam) per hari baik itu dalam bentuk garam maupun makanan bersodium tinggi, seperti makanan dalam kemasan, melakukan aktifitas fisik, berhenti merokok, dan mengurangi konsumsi alcohol serta mengkonsumsi obat dan monitoring tekanan darah secara teratur dan berkesinambungan.
- Kontrol Gula Darah
Komplikasi diabetes melitus akan menyebabkan kerusakan pada ginjal yang disebut Nefropatik Diabetik. Sehingga penderita diabetes melitus perlu mengontrol gula darah dengan menerapkan pola hidup sehat seperti mengkonsumsi makanan bergizi dan sesuai dengan kebutuhan kalori harian dan beraktifitas fisik secara rutin serta selalu mengkonsumsi obat dan konsultasi ke dokter secara teratur. Pasien diabetes diharapkan dapat melakukan pemeriksaan gula darah secara mandiri.
- Menjaga Pola Makan
Pola makan seperti diet Mediterania dan Diet DASH dapat membantu menurunkan tekanan darah dan kadar lemak dalam darah. Pola makan dengan komsumsi tinggi protein, serat, kalium, magnesium, dan kalsium yang didapatkan dari sayur-sayuran, buah, kacang-kacangan, daging tanpa lemak, dan dairy product rendah lemak. Dengan mengatur makan dengan baik dapat membantu ginjal selalu sehat. Menjaga hidrasi dengan asupan air yang cukup akan menjaga kesehatan ginjal.
- Aktifitas Fisik
Aktifitas fisik yang teratur akan meningkatkan kualitas hidup dan mencegah resiko penyakit kronik termasuk penyakit ginjal kronik. Aktifitas fisik yang dianjurkan aktifitas fisik aerobik dengan intensitas sedang setidaknya 150 menit dalam seminggu. Aktivitas fisik yang dapat dilakukan seperi jalan kaki selama 5 kali dengan durasi 30 menit dalam seminggu.
- Berhenti Merokok
Asap tembakau mengandung lebih dari 4000 gas dan partikel beberapa diantaranya memiliki pengaruh buruk terhadap ginjal (nefrotoksik). Beberapa penelitian menunjukkan peningkatan risiko dan perkembangan (progresi) penyakit ginjal kronik pada perokok.5
- Tidak menggunakan obat nyeri secara berlebihan
Penggunaan obat anti nyeri golongan obat anti-inflamasi non steroid (OAINS) seperti meloksikam, ibuprofen, dan asam mefenamat dapat menghambat produksi prostaglandin yang dapat membuat darah menjadi asam dan mengurangi aliran darah ginjal sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal.
“Jika memiliki faktor risiko penyakit ginjal dan ingin melakukan pemeriksaan fungsi ginjal maka dapat melakukan pemeriksaan dan berkonsultasi dengan dokter-dokter berkompeten di Rumah Sakit agar dapat dilakukan pemeriksaan dan penanganan lebih dini. Diagnosis dini dan pemberian terapi yang tepat akan memberikan prognosis yang lebih baik,” pungkasnya.